Beritamuhammadiyah.com- Pemikiran Kuntowijoyo tetap hidup dan relevan di tengah dinamika sosial, politik, dan keagamaan di Indonesia. Sebagai seorang sejarawan dan pemikir Islam, ia tidak hanya menggali sejarah, tetapi juga menawarkan perspektif baru dalam memahami dan menerapkan ajaran Islam.
Tiga bukunya—Paradigma Islam, Identitas Politik Umat Islam, dan Muslim Tanpa Masjid—menjadi rujukan penting bagi mereka yang ingin melihat Islam lebih dari sekadar ritual, tetapi juga sebagai kekuatan intelektual dan transformasi sosial.
Tiga buku tersebut mengajak para pembacanya untuk melakukan analisis terhadap kondisi faktual umat islam untuk kemudian dijadikan acuan aktivisme umat. Analisis yang kuat diharapkan mampu menyelamatkan umat islam dari belenggu penindasan dan kesenjangan yang dialami.
#1. Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi
Di dalam Paradigma Islam, Kuntowijoyo mengajukan gagasan besar: Islam tidak cukup hanya dipahami sebagai ajaran normatif, tetapi harus dikembangkan sebagai ilmu. Baginya, Islam harus menjadi dasar dalam membangun peradaban yang berlandaskan rasionalitas, etika, dan ilmu pengetahuan.
Konsep “Islam sebagai ilmu” yang ia tawarkan menekankan pentingnya pendekatan ilmiah dalam memahami agama. Ini berarti ajaran Islam tidak hanya dikaji dalam ruang spiritual, tetapi juga harus menjadi bagian dari analisis sosial, ekonomi, dan politik.
Lebih jauh, Kuntowijoyo mengajak umat Islam untuk meninggalkan pola pikir reaktif dan mulai berpikir serta bertindak secara proaktif. Ia menolak kecenderungan umat yang hanya bersikap defensif terhadap perubahan zaman. Sebaliknya, Islam harus hadir sebagai kekuatan transformatif yang bisa memberikan solusi nyata bagi masyarakat.
#2. Identitas Politik Umat Islam
Di dalam buku ini, Kuntowijoyo menyoroti bagaimana politik Islam di Indonesia sering kali terjebak dalam simbolisme. Ia mengkritik kecenderungan umat yang lebih fokus pada identitas keislaman di ranah politik, tetapi gagal menghadirkan nilai-nilai Islam dalam tata kelola pemerintahan dan kehidupan sosial.
Ia menawarkan konsep “politik substantif”, yaitu politik yang tidak hanya mengedepankan jargon keislaman, tetapi benar-benar memperjuangkan keadilan, kesejahteraan, dan etika dalam kehidupan berbangsa.
Di era demokrasi saat ini, pemikiran Kuntowijoyo menjadi semakin relevan. Umat Islam dihadapkan pada dilema antara memperjuangkan identitas atau membangun substansi.
Buku ini memberikan perspektif bahwa keberadaan Islam dalam politik seharusnya tidak hanya soal jumlah pemimpin Muslim, tetapi lebih kepada bagaimana nilai-nilai Islam bisa diterjemahkan dalam kebijakan yang membawa manfaat bagi semua.
#3. Muslim Tanpa Masjid
Buku ini adalah refleksi Kuntowijoyo terhadap fenomena umat Islam yang secara lahiriah masih menjalankan ajaran agama, tetapi semakin jauh dari substansi nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Istilah “Muslim tanpa masjid” menggambarkan situasi di mana seorang Muslim tetap menjalankan ritual keagamaan, tetapi ajaran Islam tidak tercermin dalam etika kerja, interaksi sosial, maupun kontribusi bagi masyarakat.
Kuntowijoyo menekankan bahwa Islam tidak boleh hanya menjadi identitas yang sekadar dipertahankan dalam ritual, tetapi harus menjadi sesuatu yang hidup dalam tindakan sehari-hari.
Ia mengajak umat Islam untuk tidak hanya berfokus pada ibadah individual, tetapi juga membangun kesadaran sosial agar Islam benar-benar memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitarnya.
Warisan Pemikiran Kuntowijoyo yang Tetap Relevan
Tiga buku ini menegaskan bahwa Islam bukan hanya tentang keyakinan dan ritual, tetapi juga cara berpikir dan bertindak dalam kehidupan bermasyarakat.
Kuntowijoyo menawarkan pendekatan yang membumi dan rasional, yang menjadikan Islam sebagai kekuatan yang relevan bagi zaman modern.
Di tengah tantangan globalisasi, perubahan politik, dan pergeseran budaya, pemikirannya tetap menjadi rujukan penting bagi siapa saja yang ingin melihat Islam tidak sekadar sebagai dogma, tetapi sebagai inspirasi untuk membangun masyarakat yang lebih adil, cerdas, dan berkeadaban.
Leave a comment